rubath tarim


Rubath Tarim




A.     Pendahuluan
Rubath tarim adalah pondok pesantren terbesar di hadramauth dan mencetak 13.000 ulama dan santri yang terbesar di seluruh dunia. Rubath yang bersejarah itu telah memberikan kota tarim al-ghanna' (yang makmur) keistimewaan dengan banyaknya ulama dan shalihin yang berasal dari keturunan nabi Muhammad SAW. Rubath tarim berdiri pada tahun 1304 H/1884 M atau sekarang sudah berumur sekitar 132 tahun yang lalu. Habib Abdurrahman bin syaikh alatas, sebagai wakil rubath tarim di Indonesia menjelaskan bahwa rubath tarim adalah pendidikan pesantren syalafi, yaitu tidak memakai system kelas. Pelajaran ditentukanoleh selesainya kitab kecil kemudian naik ke tingakt kitab menengah, dan selanjutnya kitab tingkat tinggi. Dalam saat mengkhatamkan setiap kitabnya, guru memberikan ijazah kepada muridnya. Berdirinya Rubath Tarim merupakan hasil Pertemuan para ulama Tarim  dari keluarga A-Haddad, As-Sirri, Al-Junaid dan Al-Arfan  untuk mendirikan sebuah Rubath (mahad) yang kemudian dinamakan RUBATH TARIM. Persyaratan bagi calon pelajar juga dibahas pada kala itu, kriteria utama antara lain: calon santri adalah penganut salah satu mazhab dari empat mazhab fiqh (Maliki, Hanafi, Syafii, dan Hambali) dan dalam aqidah bermazhab Asyariyah (mazhab Imam Abi Hasan Al-Asyari)     

      Setelah membuat kesepakatan diatas dimulailah pembangunan Rubath Tarim. Untuk keperluan ini, Habib Ahmad bin Umar As-Syatiri (wafat  di Tarim tahun 1306 H) mewakafkam rumah beliau (dar muhsin) dan pekarangannya yang berada disebelah pasar di halaman mesjid Jami Tarim dan mesjid Babthoinah (sekarang mesjid Rubath Tarim). Wakaf juga datang dari Al-Allamah Al-Muhaddits Muhammad bin Salim As-Sirri (lahir di Singapura 1264 H, dan wafat di Tarim 1346 H)
      Habib Salim bin Abdullah As-Syatiri (pengasuh Rubath Tarim sekarang) menambahkan bahwa pedagang-pedagang dari keluarga Al-Arfan juga mewakafkan tanah yang mereka beli di bagian timur, mereka kemudian dijuluki tujjaru ad-dunya wa al-akhirah (pedagang dunia dan akhirat). Datang juga sumbangan melalui wakaf rumah, kebun, dan tanah milik keluarga-keluarga habaib di luar Yaman, seperti Indonesia, Singapura, dan Bombosa Afrika.   
Akhirnya selesailah pembangunan Rubath Tarim di bulan Dzulhijjah tahun 1304 H dan secara resmi dibuka pada 14 Muharram 1305 H, keluarga Al-Attash tercatat sebagai santri pertama yang belajar di Rubath Tarim kemudian datang keluarga Al-Habsyi begitu selanjutnya berdatangan para pelajar, baik dari Hadramaut sendiri maupun dari luar Hadramaut  bahkan dari luar negeri Yaman. Habib Ahmad bin Hasan Al-Attash berkata: perealisasian pembangunan Rubath Tarim ini tidak lain adalah niat semua salafusshalihin alawiyiin, hal ini terbukti dengan manfaatnya yang besar serta meluas mulai dari bagian Timur bumi dan Barat.



B.     Pengasuh
1.     Pengasuh I   
Mufti Diyar Hadramiyah Sayyidina Al-Imam Al-Habib Abdurrahman bin Muhammad Al-Masyhur (pengarang kitab Bugyatul Mustarsyidin), beliau  lahir di Tarim tahun 1250 H. Beliau mengasuh Rubath Tarim hingga tahun 1320 H, dengan di bantu ulama-ulama lain yang ada pada masa itu, seperti Al-Allamah Syekh Ahmad bin Abdullah Al-Bakri Al-Khatib (1257-1331 H), Al-Allamah An-Nahrir Habib Alwi bin Abdurrahman Al-Masyhur (1263-1341), Al-faqih   Al-Qadhi Husein bin Ahmad bin Muhammad Al-kaff (pejabat qadhi di Tarim selama dua kali, wafat 1333 H), Al-Allamah As-Sayyid Hasan bin Alwi bin Sihab, Al-Allamah Syekh Abu Bakar bin Ahmad Al-Bakri Al-Khatib (1286-1356). Para mudarris inilah yang mengajar di Rubath Tarim sejak pertama kali dibuka pada tahun 1305 hingga tahun 1314 H.  

2.     Pengasuh II 
Al-A'llamah Al-Habib Ali bin Abdurrahman Al-Masyhur (lahir di Tarim tahun 1274 H), mudarris di zawiyah Syekh Ali bin Abu Bakar bin Abdurrahman As-Segaf. Beliau mengasuh Rubath Tarim sejak wafatnya sang ayah (Al-Habib Abdurrahman bin Muhammad Al-Masyhur) pada tahun 1320 H dan terus berlangsung hingga tahun 1344 H ketika beliau berpulang kerahmatullah pada tahun itu pada tanggal 9 Syawal.

3.     Pengasuh III
Al-Habib Abdullah bin Umar As-Syatiri RA (lahir di Tarim bulan Ramadhan tahun 1290 H), yang kemudian diberi mandat oleh pemuka kota Tarim untuk menjadi pengasuh ketiga yang semula menjadi wakil Habib Ali bin Abdurrahman Al-Masyhur sejak tahun 1341 H jika beliau berhalangan mengajar dan telah menjadi mudarris di Rubath Tarim sejak datang dari Mekkah pada tahun 1314 H. Pada mulanya beliau belajar di kota kelahiran kepada para masyayikh di sana terutama kepada Habib Abdurrahman Al-Masyhur, Habib Alwi bin Abdurrahman Al-Masyhur dan Habib Ahmad bin Muhammad Al-Kaff. Kemudian beliau pindah ke Seiwun (25 KM sebelah barat laut kota Tarim) dan belajar di Rubath Habib Ali bin Muhammad bin Husien Al-Habsyi selama kurang lebih empat bulan, juga kepada Habib Muhammad bin Hamid As-Segaff, dan saudara beliau Umar bin Hamid As-Segaf, serta Habib Abdullah bin Muhsin As-Segaf. 
    
      Pada waktu berumur 20 tahun (tahun 1310 H), beliau pergi ke Mekkah bersama orang tua beliau Habib Umar As-Syatiri, untuk menunaikan ibadah haji dan ziarah kepada Rasulullah SAW. Setelah selesai menunaikan ibadah haji, beliau meminta izin kepada ayah beliau untuk tinggal di Mekkah guna menuntut ilmu. Dan tercatat sejak tanggal 15 Muharram 1211 H hingga 15 Dzulhijjah 1313 H beliau belajar pada ulama-ulama di kota suci itu, diantaranya kepada Syekh Al-Allamah Umar bin Abu Bakar Ba Junaid, Syekh Al-Allamah Muhammad bin Said Babsheil, Habib Husein bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi (saudara Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi, Seiwun), Habib Ahmad bin Hasan Al-Attash, dan Al-Faqih Al-Abid Abu Bakar bin Muhammad Syatho (pengarang kitab hasyiyah Ianatu At-Thalibin ala fathi Al-muin).
         Konon ilmu nahwu sangat sulit bagi beliau, sampai beliau berujar (sebagaimana yang dituturkan putera beliau Habib Salim bin Abdullah As-Syatiri):”…..dulu saya punya kitab kafrawi syarah al-jurumiah yang penuh dengan air mata.. kerena sulitnya ilmu itu bagi beliau. Namun kemudian Allah SWT menganugerahi beliau ke-futuh-an.”….tatkala saya berada di Mekkah, semua risalah yang datang, saya taruh dibawah tempat tidur, saya berdoa di Multazam agar Allah SWT membukakan bagi saya ilmu yang bermanfaat, dan agar ilmu saya menyebar di bumi barat dan timur, maka acap kali saya berdoa dengan doa ini, terlintas dalam benak, bahwa saya akan menjadi musafir yang pindah dari satu negeri ke negeri yang lain untuk mengajar umat akan tetapi berapa lama umur manusia untuk semua itu ?…”. Maka Allah SWT mengabulkan doa beliau, Allah SWT memudahkan pelajar Rubath, sehingga datang kesana para penuntut ilmu dari penjuru dunia, mereka menjadi ulama, dan menyebarkan ilmu mereka masing-masing maka menyebarlah ilmu beliau (Habib Abdullah bin Umar As-Syatiri) di timur dan barat.
         Sayyid Muhammad bin Salim bin Hafidz (salah seorang murid beliau) berujar:.Habib Abdullah bercerita kepada kami bahwa lama tidur beliau kala itu (selama balajar di Mekkah) tidak lebih dari 2 jam saja setiap harinya, beliau belajar kepada guru-gurunya sebanyak 13 mata pelajaran pada siang dan malam, serta menelaah kembali semua pelajaran itu (tiap hari)……”.   
Selama kurang lebih lima puluh tahun beliau mengajar di Rubath Tarim (1314-1361 H) selama itu hanya enam jam beliau berada di rumah, sedangkan delapan belas jam dari dua puluh empat jam tiap hari, beliau berada di Rubath Tarim untuk mengajar dan memimpin halaqah-halaqah ilmiah, jumlah murid yang telah belajar di Rubath Tarim tak dapat diketahui secara pasti jumlahnya. Dalam biografi Habib Muhammad bin Abdullah Al-Hadar (salah seorang murid di Rubath Tarim) menyebutkan bahwa lebih dari 13.000 alim telah keluar dari Rubath Tarim Dibawah asuhan Habib Abdullah bin Umar As-Syatiri.

4.     Pengasuh IV  
Al-Habib Hasan bin Abdullah bin Umar As-Syatiri.

5.     Pengasuh V 
Al-Habib Salim bin Abdullah bin Umar As-Syatiri (pengasuh sekarang)

C.      Luas Bangunan
Saat ini, bangunan Rubath Tarim mengalami perluasan dengan dibangunnya asrama pelajar Rubat dan  menampung pelajar dari berbagai belahan dunia terutama pelajar Indonesia yang hampir mendominasi warga Rubath Tarim.

D.     Sistem Belajar
Sejak berdiri hingga sekarang (kurang lebih 121 tahun) pengajian di Rubath Tarim dilaksanakan dengan sistem halaqah yang dibimbing oleh para masyayikh. Klasifikasi ini disesuaikan dengan tingkatan masing-masing pelajar. Tiap halaqah mengkaji berbagai fan keilmuan tak kurang dari sepuluh halaqah sejak pagi hingga malam mengkaji ilmu-ilmu agama dan diikuti oleh para pelajar dengan disiplin dan khidmat.

E.      Kitab-Kitab Yang Dipelajari
Adapun kitab-kitab yang dipelajari pada tiap halaqah disesuaikan dengan kemampuan santri (semacam tingkatan kelas), antara lain:
1.      Umdah
2.      Fathul muin
3.      Minhajut thalibin dan sarahnya
4.      Nahwu
5.      Fawaid sugra dan kubra
6.      Matan Al-jurumiah
7.      Al-fushul Al fikriah Fiqh
8.      Ar risalatul Al jamiah
9.      Mukhtasar Shagir
10.  Mukhtasar Kabir
11.  Abi Suja
12.  Fathul Qarib
13.  Zubad
14.  Mutammimah
15.  Qatrun Nada
16.  Syudzuru dzahab
17.  Alfiyah Ibnu Malik
18.  Zawaid (tambahan) Alfiah Ibnu Malik
Setelah menamatkan kitab-kitab diatas para pelajar melanjutkan pada materi-materi lain, seperti Hadits, Tafsir, Usul fiqh.

F.      Waktu Belajar
Para pengurus Rubath Tarim memperhatikan semua aktifitas pelajar dengan secara cermat. Jadwal rutinitas keseharian para pelajar dimulai sejak sebelum shalat subuh dengan melaksanakan shalat tahajud, dilanjutkan shalat subuh berjamaah dimesjid Babthoin, disertai pembacaan aurad.
Baru kira-kira pukul 05.00 s.d 07.00 pagi, digelar pengajian nahwu atau lebih akrab disebut dars nahwu. Setelah itu para pelajar dipersilahkan makan pagi. Pada jam 07.30 dilaksanakan mudzakarah tiap halaqah selama sekitar setengah jam untuk persiapan pengajian yang akan di pelajari bersama masyayikh yaitu hafalan matan sampai pukul 09.00.
Selama tiga jam berikutnya adalah waktu istirahat hingga Dzuhur, setelah menunaikan shalat Dzuhur diadakan hizb (tadarus) Al-Quran selama setengah jam. Setelah itu para pelajar dianjurkan tidur siang untuk persiapan mengaji pada sore hari.
Pada pukul 15.00 setelah shalat Ashar berjamaah, semua pelajar mengaji tiap halaqah sampai pukul 17.00, setelah shalat magrib dilanjutkan dengan hizb (tadarus) Al-Quran dan pengajian halaqah sampai pukul 20.15. Setelah makan malam para pelajar diharuskan mengikuti halaqah selama setengah jam untuk persiapan pelajaran pagi.
Sebagian Staf Pengajar adalah :
1.      Al-Habib Salim bin Abdullah bin Umar As-Syatiri
2.      Syekh Abu Bakar Muhammad Balfaqih
3.      Syekh Umar Abdurrahman Al-Atthas
4.      Syekh Abdullah Abdurrahman Al-Muhdhar
5.      Syekh Muhammad Ali Al-Khatib
6.      Syekh Muhammad Ali Ba'udhan
7.      Syekh Abdullah Umar bin Smith
8.      Syekh Abdurrahman Muhammad Al-Muhdhar
9.      Syekh Hasan Muhsin Al-Hamid
10.  Syekh Abdullah Shaleh Babud
11.  Syekh Muhammad Al-Haddad
12.  Syekh Abdullah Umar Bal Faqih          

Selain para masyayikh diatas, para senior juga diwajibkan membimbing halaqah tingkat bawahnya.
G.     Fasilitas-Fasilitas
Ø  Kamar-kamar peristirahatan santri
Ø  Wartel
Ø  Toserba
Ø  Perpustakaan

H.    Penutup
Sebagian ulama Yaman yang telah belajar di Rubath Tarim, juga yang berasal dari luar negeri, antara lain:
1  Al-Imam Syaikhul Islam Al-Habib Muhammad bin Abdullah Al-Haddar (1340-1418 H), mufti propinsi Baidha, Yaman dan pendiri Rubath Al-Haddar lil ulumus Syariat.
2.   Al-Allamah Habib Hasan bin Ismail bin Syekh, pendiri Rubath Inat Hadramaut.
3.  Al-Allamah Al-Habr, pejabat qadhi as-syari Baidha, Habib Muhammad bin Husien Al-Baidhawi.
4.   Al-Habib Abdullah bin Abdurrahman bin Syekh Abu Bakar bin Salim, pendiri Rubath Syihr.
5  Al-Habib Husein Al-Haddar, ulama besar kelahiran Indonesia dan meninggal di Mukalla Hadramaut.
6.  Al-Habib Muhammad bin Salim Bin Hafidz bin Syekh Abu Bakar bin Salim, pengarang dari berbagai kitab figh dan faraid ayah dari Al-Habib Ali Masyhur bin Hafidz dan Al-Habib Umar bin Hafidz pendiri mahad Dar Al-Musthafa Tarim Hadramaut.
7.   Al-Habib Al-Wara As-Shufi  Ahmad bin Umar As-Syatiri, pengarang kitab Yakutun nafis, Nailurraja syarah Safinatun naja dan sebagainya.
8.  Al-Habib Muhammad bin Ahmad As-Syatiri, pengarang kitab Syarah yakutun nafis, Mandzuma Al-Yawaqit fifanni Al-Mawaqit (ilmu falaq), kitab Al-Fhatawa Al-Muassyirah dan sebagainya.
9.   Al-Allamah Syekh Muhammad bin Salim Al-Baihani, pendiri mahad Alilmi, Aden.
10.  Al-Allamah Habib Muhammad bin Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi, Jakarta, Indonesia.
11.  Al-Wajih An-Nabil Al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad Balfaqih (wafat tahun 1381 H), pengasuh mahad Darul Hadits Al-Faqihiyyah, Malang, Indonesia.
12.  Al-Faqih An-Nabil pejabat qadhi as-syari Banjarmasin Syekh Ahmad Said Ba Abdah.
13.  Habib Abdullah Al-Kaff, Tegal, Indonesia.
14.  Habib Ahmad bin Ali Al-Attash, pekalongan.
15.  Habib Abdurrahman bin Syekh Al-Attas, Jakarata.
16.  Habib Abdullah Syami Al-Attas, Jakarta.
17.  Syekh Al-Allamah Umar Khatib, Singapura.
18.  Habib Awad Baalawi, sesepuh ulama Singapura.
19.  Syekh Abdurrahman bin Yahya, qadhi Kelantan, Malaysia.
20.  Sayyid Al-Muhafidz Al-Majid Al-Adib Hamid bin Muhammad bin Salim bin Alwi As-Sirri, pengajar di Rubath Tarim dan Jamiyatul Al-Haq di kota yang sama, kemudian pindah dan mengajar di Malang, Indonesia.
21.  Habib Alwi bin Thohir Al-Haddad, Mufti Johor, Malaysia


Dan banyak lagi para ulama yang telah belajar di Rubath Tarim , yang tak mungkin disebutkan nama-nama mereka karena mencapai ribuan. Habib Alwi bin Muhammad bin Ahmad Al-Muhdhar di Indonesia, mengatakan:”…tak kutemukan satu daerah atau pulau di Indonesia yang saya masuki, kecuali saya dapati orang orang yang menyebarkan ilmu disana adalah alumni Rubath Tarim  atau orang yang belajar kepada orang yang telah belajar disini…”.
Habib Musthafa bin Ahmad Al-Muhdhar menulis pada sebagian surat beliau kepada ahli Tarim:”….Ilmu As-Syatiri (Habib Abdullah bin Umar As-Syatiri) teruji dengan penyebarannya menyebar kesegala penjuru, dari daerah yang satu kedaerah yang lain, menyebar ke Hindia, China, negara-negara Arab, Somalia, Malaibar, dan sebagainya..
      Sayyid Muhammad bin Salim bin Hafidz menambahkan:”…..(Habib Abdullah As-Syatiri) berhak mengatakan jika beliau mau sebagaimana yang dikatakan Imam Abi Ishaq As-Syairozi tatkala memasuki Khurasan,tak aku dapati disatu kota pun dari kota-kota disana, Qadhi atau Alim kecuali dia adalah muridku atau murid dari muridku……..
      Demikian lah sekelumit sejarah Rubath Tarim yang panjang dan agung, yang telah belajar disana beribu-ribu ulama, al-allamah, faqih, mufti, qadhi, syair bahkan para aulia Allah SWT. Dan saat ini Rubath Tarim telah memasuki usia yang ke-121 tahun, ratusan pelajar dari Yaman, Indonesia, Malaysia, Singapura, Tanzania, Afrika, dan sebagainya tengah menimba ilmu di sana, di bawah asuhan Al-Allamah Habib Salim bin Abdullah As-Syatiri.
Ø  Informasi dan keterangan lebih lanjut bisa menghubungi :
Al-Habib Abdurrahman bin Syekh Al-Atthas :
P.T. Barfo Mahdi, Jl. Asem Baris Raya, No: 3 - Kebun Baru Tebet Jakarta
§  Telp. Kantor: (0062)(21)8303762830244.
§  Telp. Rumah: (0062)(21)8354445




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Darul Zahra

Ma'had al idrus